CiMin- Si Cireng/aCi Mini.
Jajanan yang baru kukenali.
Ketika mendengar kata ini, aku pikir jajanan seperti apa lagi yang ditemukan temanku. Bahkan setelah beberapa kali mencoba baru sekarang aku membeli langsung. Membeli ke Mamang ciminnya. Kukira aku mungkin yang telat berkenalan dengan cimin, dibandingkan dengan anak Sekolah Dasar. Tadi ketika sedang membelipun banyak anak sekolah dasar. Diantaranya : Ibu si Anak Sekolah Dasar, Kakak si anak Sekolah Dasar, saudaranya si anak Sekolah Dasar. Semoga perasaan senangnya pun melebihi si anak Sekolah Dasar.
Suatu ketika, aku membuka keterangan mengenai cimin ini, supaya tidak malu-maluin. Karena sudahlah agak jarang dipakai pepatah 'Malu bertanya, sesat di jalan'. Sekarangmah jamannya 'Jika malu bertanya-pada manusia , usahakan kuota internet/Wi-Fi terus berjalan!' Aku membuka google, dan sudahlah banyak yang mem-postingkannya. "Cimin yang terkenal, bagi yang kenal." he
Cimin. Hasil dari pencarian dan deskripsi adalah sejenis jajanan sekolah-mungkin murid lebih dekat dengan mereka dibandingkan dengan guruya. Hasil dari kependekan aCI MINi ada juga yang memanjangkan menjadi Cireng Mini. Terbuat dari tepung asal Jepang- Tepung Kanji atau aci.
Prosesnya aci diolah seperti biasa, dengan air panas, dan lalu dipotonglah kotak-kotak dengan hati-hati. Biarkah cimin di-tiris-kan!
Tahap selanjutnya yaitu digoreng memakai margarin dalam wajan yang kecil-kecil. Janganlah lama, segera masukkan kocokan telur kedalam wajan kecil bercimin itu. Tunggu sampai matang! Jika belum matang itu terserah kamu. Selera kamu, mungkin lebih muda.
Sudah matang? Jika sudah, angkat dan masukkan pada wadah. Ingat jangan langsung ke mulut! itu adegan berbahaya. Panas!.
Dan lalu taburi bumbu, seperti bumbu keju, bubuk cabe, ah sesuai selera mungkin dengan bubuk cinta dan kasih sayang yang ada rasa ingin memiliki.
Udah nih?? Aduklah cimin dan bumbu itu dengan sendok, hingga merata. Supaya sama. Masukkan kedalam plastik kecil siap saji, jika itu untuk di jual, dan beri tusuk gigi. Tusuk gigi yang bersih dan baru!. Kalau untuk sendiri-mah langsung saja makan.
Pedagang cimin yang sengaja aku temui karena ingin membeli ini, berdagang memakai kendaraan BilTor. Mobil yang depannya motor. Kenapa nanya begitu? Karena aku gak tahu namanya. Mereka biasa berjualan di dekat Cipadung, Jalan Desa-pangkalan mereka yang dekat dengan kotsan. Harganya Rp. 1000 perwajan kecil.
Dan bumbu-bumbu tersebut yang mengakibatkan kita jadi harus memilih rasa apa yang kita sukai. Ada yang dirasai satu-satu, untuk menentukan dan menjadikannya satu-satunya. Ada yang dirasai satu-satu, untuk memang menggilai semuanya. Itu kembali kepada diri.
Masalah rasa cimin seperti apa? Ya, seperti cimin. Penasaran? Sok dibeli atuh! Menurut aku mah enak-lah!
Dan jika pepatah mengatakan; "Mulutmu, Harimaumu!", maka kali ini aku sadari Harimauku bukan type karnivora. Harimauku bertype Omnivora. Segala masuk!_A.Z.Rahmah :)
Dan jika pepatah mengatakan; "Mulutmu, Harimaumu!", maka kali ini aku sadari Harimauku bukan type karnivora. Harimauku bertype Omnivora. Segala masuk!_A.Z.Rahmah :)
Bandung, 05 April 2015
#potoLangsung
Aci yang sudah dipotong-potong |
Ketika digoreng dan sudah bertelur |
Menu bumbu pe-Rasa-an |
Judul biar ke-masuk Gaul |
Pedagangnya yang sedang memberikan RASA |
Pembeli yang menemaniku |
Pedangang mengaduk perasaan, Pembeli sabar menunggu, Ih! #sadarCamera#biarGreget#cekrek |
Penasaran dengan cimin. Ternyata varian cireng
BalasHapusIya itu cireng. Dia berubah menjadi bermacam-macam.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus