Kamis, 26 November 2015

Poskoku No 54

Bagian Ke dua.

Ini ketika di Rancakole.


Waktu itu sesudah beres-beres. Jika tidak salah, berarti aku benar. Ini hari ke dua di sana. Rancakole, Arjasari. Menulisnya saja sudah membuatku rindu.

Waktu itu masih sedang pengenalan. Pendekatan. Jangankan dengan warga disana, dengan yang nanti serumah pun aku belum benar-benar mengenal. Dan mungkin walaupun memang sudah lama hanya beberapa yang akan menjadi tetap. Sisanya akan ada yang berubah.

Waktu itu kami pakai untuk pendekatan. Dari yang termudah, berbincang dan bercerita dengan anak-anak. Anak-anak yang dianggap menjadi adik. Bercerita sambil memancing pengetahuan kalian.

Waktu itu masih hari-hari baru. Masih teringat, makanan masih banyak. Niatnya mungkin akan sampai beres KKMT, baru habis. Tetapi salah. Beberapa hari kemudian sudah raib. Haha. Berbagai jenis kue, makanan ringan,dan lain-lain. Maklumlah bawaan rumah, dan hasil lebaran. Dan oh aku suka kue keju entah itu punya siapa. Dan juga nastar. Dan yang lain. Aku sepertinya memakan banyak. Terimakasih.

Waktu itu beruntung yang datang tidak hanya anak seusia SD. Ada juga yang usia SMP. Pada malu-malu mereka, mungkin baru kenal.

Waktu itu sore hari. Listrik sedang tidak mengalir. Petir dan guruh. Hujan pun turun. Padahal itu sedang tidak waktunya. Tapi Terimakaih ya Allah. Karena itu menahan mereka untuk tetap bersama kami. Bercahayakan seadanya, berasa tahun-tahun sebelum listrik ada. Tapi ini terangnya canggih, pake HP. haha.

Waktu itu, ketika listrik mati mungkin tak kita lihati. Karena mereka seperti itu. Mungkin bukan hanya kita yang ikut berkumpul. Mudah-mudahan.

Sedang pendekatan..

Perkenalan dengan Adik-adik

Tidak hanya anak-anak tapi hadir juga remaja awal

Oh ini Pipi Cepi dan Mimi Aciew #kenalkan!

Si Cantik Euis Kokom ^^

Waktu Listrik Mati dan Hujan ngedadak

Itu Deden dengan penerangan. Mereka lucu :)

Betty yang takut cahaya. dan mereka malu-malu.

Anis(Merah), Cece(ungu), Bella(minum).

SAMPAHMU, WARISANMU.


Go Green. Satu kata yang tidak aneh bila telinga kita mendengarnya. Telah digencarkan penghijauan dimana-mana. Penanaman seribu pohon. Pembuangan sampah pada tempatnya, dan lain sebagainya.

Penanaman pohon yang gencar dimana-mana, begitu juga penebangan pohon dimana-mana. Katanya memang sama-sama gencar. Tapi dua kegiatan tersebut tidaklah seimbang. Pohon-pohon yang ditebang itu yang sudah bertahun-tahun hidup, sedangkan yang satunya lagi baru saja ditanam. 

Otomatis kekuatannya juga berbeda. Akar-akar mereka belum kuat menahanan tanah dan unsur yang ada didalamnya seperti air, salah satunya. Harusnya sebelum menebang satu pohon, sudah ada satu pohon lagi yang hampir sebanding atau tidak terlalu jauh jarak menanam dengan yang sebelumnya.

Sampah. Kata yang sudah tidaklah asing lagi bagi kita semua. Namun kebanyakan dari kita pura-pura tidak mengenalnya. Hampir pada setiap makanan atau minuman mempunyai sampah. Maksudnya ketika makanannya habis, maka sisanya sampah. Sampah tersebut dapat berupa kantong plastik, bekas minuman berbotol, dan sebagainya. Sadar atau tidak, makanan yang kita beli sudah satu paket dengan sampahnya. Dan lalu sampah itu secara tidak langsung sudah menjadi sampah milik kita. Lalu kenapa dibuang dimana saja? Itukan punyamu. Ih!

Penghijauan dimana-mana, membuang sampah pun dimana-mana. Semakain banyak cabang-cabang dari go green. Seperti memisahkan antara sampah organic dan anorganik. Sampah yang bisa didaur ulang atau tidak. Sudah banyak di pinggir jalan disedikan tempat sampah yang sudah berjudul. ORGANIK dan ANORGANIK. Tetapi masih saja menyatukan sampah tersebut. Lebih parah lagi sampah berserakan di sekitar area tempat sampah. Apakah tidak mengerti? Tidak. Bukan pengertian yang harus ditanyakan dan diutamakan. Tetapi dimana rasa kesadaran diri.

Plastik. Banyak produk yang merupakan bagian dari bahan ini. Ya, seperti kantung plastic, bekas botol air, sedotan, kemasan makanan, dan lainnnya. Diberitahukan bahwa kepada kita, plastic akan bisa hancur setelah 70-80 tahun. Coba dipikirkan umur kita saja belum tentu mencapai angka tersebut. Lalu plastic-plastik yang kita pakai mungkin akan ada beberapa tahun sesudah kita tidak ada. Tahun dimana anak dan cucu kita hidup. Dan sampah-sampah plastic yang tidak sempat didaur ulang itu akan menjadi warisan buat mereka.

Dalam hal lain, mungkin plastik terus diproduksi karena kita terus menjadi konsumen yang benar-benar memanfaatkannya. Tetapi mengapa tak sadar akan dampaknya? Apakah kita mau menjadi penimbun plastic di rumah? Kita rasa jawabannya, tidak. Platik itu hanya dipakai beberapa saat. Lalu mengapa tidak untuk menggunakan produk platik seperti kantong keresek untuk beberapa kali pakai. Sampai mungkin memang tidak bisa dipakai lagi? Itu tidak akan merugikan yang memproduksi, bukan?

Walaupun telah ada platik-palstik dengan bantuan mikroorganisme yang dapat mebuat plastic hancur dalam kurang lebih dua tahun. Tapi dua tahun  bukan waktu yang sedikit untuk menyimpan sampah. Apa kita ingin terlihat wow ketika orang lain melihat betapa banyaknya kantong kresek yang kita tenteng? Lalu suatu saat kita akan bangga terhadap kelurga karena anda mewariskan sampah-sampah kresek di rumah? Ya, bisa mungkin jika itu memicu keluarga atau yang lain untuk membuatnya menjadi lebih berguna atau jadi bentuk baru. Tetapi bagaimana jika tidak? Dan lalu keluarga kita juga menjadi pemakai plastic baru? Atau pada akhirnya itu hanya tetap akan menjadi sampah?

Teruntuk pemakai dan penikmat minuman berbotol. Setidaknya untuk pengurangan kita bisa memakai tempat minum yang bisa diisi ulang? Apa itu memalukan? Tidak. Justru itu keren!

Dan ingat keberadaan sampah juga akan mempengaruhi unsur penyubur tanah. Dengan tanah yang sedikit tercemar, air tercemar, maka tanaman pun tidak akan maksimal dalam menghasilkan bahan makanan dan oksigen. Waw. Dampaknya bercabang kemana-mana. Sempurna.

Jadi. Kesadaran bukan harus selalu menunggu. Tapi mulailah dari diri sendiri. Dari yang terkecil. Dan mulai dari sekarang. Sebelum lebih banyak sampah yang akan kita wariskan!


Aa, Zaenudin?

Zaenudin. Ah mungkin sudah sering keluar masuk telinga kalian jika mendengarnya. Tokoh ini adalah lawan main seorang Hayati pada Film 'Tenggelamnya Kapal Van der Wijck'. Entahlah bagaimana sebenarnya itu isi film-nya. Karena aku tidak fokus menontonnya. Sehingga ketika banyak yang bilang 'Hayati lelah, Bang. Bunuh saja Hati di rawa-rawa!' atau 'Hayati.' dengan nada bicara Zaenudin. Ah tapi aku disini bukan untuk membicarakan itu. Tujuanku adalah menulis kejadian yang berhubungan dengan Zaenudin bersama Bella , Betty, Ana, dan juga aku yang sama ada disitu.

Hari itu, hari Selasa, hari test imla ulangan. Sebelum tiba di Fakultas memang semua berkumpul di kotsan, dengan Bella yang terakhir datang. Dengan ribuan kata-kata yang barusan dia alami, dan kami juga mengalaminya. Imla. Pengawas. Salah satu. Ujian lagi. Faktanya setelah ujian yang telah berlalu, ujian bersama-sama kita berempat memiliki kesalahan. Hanya satu. Tapi berpengaruh. Walau kami memang pernah berkata 'Manusia atuh gak lepas dari salah. Ini mah satu saja'. 'Manusia atuh gak ada yang sempurna'. Dan terus. Dan dasar ya kita baru sadar manusia ketika dia tak mampu akan sesuatu (Surayah, pernah bilang begini juga). Dan kami melakukkannya. Mengucapkannya. Lalu karena takut ujian ulang lagi, kami juga berburuk sangka. Berpikiran negatif.

Berlanjut kami berangkat. Dengan mulut-mulut yang tak kenal rapat. Sampai ada yang bicara "siapa yang berani nanya ke laki-laki 'A, Zaenudin bukan?'" Bella kalau tidak salah yang berkata.
"hayu!" kataku. Hayu itu artinya ayo!. Dan kita pun berjalan.

Telah sampailah kita di DPR. Kependekan dari Dibawah Pohon Rindang. Dan berlangsung "A!" kata Bella. Dan lalu lelaki itu menengok dan menjawab, "iya teh?".
"Zaenudin bukan?" lajutnya.
"Bukan teh." dengan bingung lelaki tersebut mejawab.
"Oh ya udah!" kami pun langsung berjalan sambil tertawa.
"Sok. Sekarang giliran kamu, Tiah!" kata Bella.
"Siap!"
"itu tuh orangnya!"
"ok. Siap!"
Dan lau aku pun sama melakukan seperti itu. Respon yang sama seperti sebelumnya. Mereka bingung. Bahkan aku nanya perempuan-perempuan yang lewat dengan 'Teh. Teteh Hayati, Bukan?' dan mereka hanya diam saja. Ih. serius banget.

"Hahahaha." Aku, Betty, Ana, dan Bella sama besama tertawa.
"Dasar gelo!" kata Ana. Gelo itu artinya gila.
"Ih, ngerakeun!" kata Betty. sama dengan 'Ih, malu-maluin!'

Semua itu terus berlangsung. Sambil menunggu hasil test, sampai dosen ditanya seperti itu. Tapi beliau senyum aja. Hihi
Akhirnya waktu itu kita lulus, dan pulang berakhir sambil mencari Zaenudin. Sampai ada yang aku tanya dia seperti bergidik ngeri. Entahlah!

"Ah, Makannya kalau nanya lihat wajahnya dulu, Tiah!" kata Bella
"Eh namanya juga percobaan. Gak tahu bakal gitu!"
"Euh, malu-maluin!" kata Betty.
"Gimana kalo ketemu lagi? Malu aku mah!" kata Ana.
"Ya da udah. Haha."

Oh ingatkah hari itu kawan? waktu terakhir kita yaitu sore. Di DPR, sesudah membeli Bondu, jarum, dan emangnya menerima uang kita. Lalu kita berbicara, bahkan banyak ketika disitu.
"Mang. Lihat-lihat dulu, ya?" kataku.
"Awas, Mang. Dia mah cuma lihat aja. Gak beli!" kata Bella.
"Ih, Kamu." jawabku. "Ah Mang saya mah masih mending. Dia mah lihat-lihat, nanti jualan emang hilang satu!" Haha
"Ih, dasar. Aku bukan maliing!"

Hari itu kita bahagia. Semoga kita menikmati. Untuk yang kami tanyai. Maaf, ya. Dan jangan terlalu serius! Kita hanya membantu Hayati kok, untuk menemukan Zaenudin. Hihi

Bandung, 24 Nopember 2015

Rabu, 25 November 2015

Untuk Dikenang

Oleh Jikustik

Lagu ini mungkin sudahlah lama. Bahkan ketika Endah N Rhesa meng-cover-nya. Ketika entah aku mendengarnya tadi pagi, aku lalu download Endah N Rhesa vers. dan berniat menulis liriknya disini. Selain buat ngisi blog, juga mungkin suatu hari ketika aku buka lagi blog ini, nyari lagi lagunya, akan ada kenangan. Kenangan bagaimana aku ketika mendengar lagu ini, sekarang. Apa dan siapa yang sedang aku pikirkan. Semoga akan ada senyum untuk ini nanti. Dimana pun. Kapan pun. Dan aku mendengarkan serta menceritakannya dengan siapa pun. Nanti.



Ingat aku, saat kau lewati.
Jalan ini, setapak berbatu.

Kenang aku, bila kau dengarkan.
Lagu ini, terlantun perlahan.

Barisan puisi ini, adalah yang aku punya.
Mungkin akan kau lupakan, atau untuk dikenang.

Ingat aku, bila kau terasing.
Dalam gelap, keramaian kota.

Tulisan dariku ini, mencoba mengabadikan.
Mungkin akan kau lupakan, atau untuk dikenang.

Doakanlah aku malam ini.
Sebelum kau, mengarungi malam.

Barisan puisi ini, adalah yang aku punya.
Mungkin akan kau lupakan, atau untuk dikenang.

Tulisan dariku ini, mencoba mengabadikan.
Mungkin akan kau lupakan, atau untuk di kenang.

Untuk dikenang.
Untuk dikenang.

Diketik sambil mendengarkan lagunya.
Selamat Pagi, Kamis. di 26 Nopember 2015

Senin, 23 November 2015

Adikku di 54






Hai adik-adik yang manis. Semoga tetap semangat ya, sayang. Sekarang aku di sini sedang merindukan kalian. Teriakan kalian. Keaktifan kalian, yang kadang emosiku kena pancing. ha ha.
Sayangku, apakah kalian juga merindukanku? Merindukan kami? Kebersamaan kita? Semoga iya. Walau rasanya dan penyampaian kita berbeda. Karena kelak kalian akan merasakan yang sama.
Semoga hari-hari itu menjadi salah satu kenangan berkesan dalam hidup kita.
Teringat ketika diakhir akan berpisah, sebenarnya ada takut dan khawatirku pada kalian. Banyak, jadi tidak bisa ditulis. hi hi
Semoga tetap semangat ya.
Terimaksih telah mengajarkanku, untuk dengan cara bersama kalian.
Ingin kupeluk satu demi satu. Semoga Allah sampaikan doaku pada kalian.
Amin.

Poskoku no 54

Introducing..

Hai keluargaku yang kini terpisah-pisah. Semoga hanya tempat saja yang mampu memisahkan, yang lainnya jangan. Ukhuwah kita harus tetap terjaga. Minimal antara jurusan (MPI, B. Inggris, dan Pend. Fisika), lalu antar Posko kita. Posko 54, dst. Amien.

Semoga tidak ada benci dan rasa tidak nyaman lagi antar satu sama lain. Walau kita hanya bertemu sebentar, itu tak mengapa. Karena sebentar itu sangat berharga untuk membayar rindu. Hanya saling memperthatikan dan tak bertegur sapa juga, sedikitlah mengobati.

Ah kukira, hal-hal tersebut tak akan membuatku berkesan. Namun ketika mulai dijalani, aku terasa menikmati peran-peran itu. Kuharap kalian juga iya. Apalagi setelah setelah hampir dua bulan berlalu, masa-masa itu seakan membuatku masih berasa. Di sini. Dalam hatiku. Dalam ingatanku, menggelitik rasa yang lain. Rindu.

Pada kejadian awal-awal, keluarga kita sudah ditimpa musibah. Dengan tiadanya salah satu dari kita yang harusnya kesebelasan berubah menjadi bersepuluh. Iya teman, dia Dede Iwang, yang sekarang sudah Almarhum. Aku tak sempat kenal dekat dengannya. Hanya kenal biasa. Dia-Alm. yang nyentrik, yang galau ketika dipilih menjadi ketua kita. Cuma senyum aja. Jujur dulu aku emosi juga. Hi hi. Afwan. Tapi gak sampai dihatiin. Semoga dia ditempatkan pada tempat yang sebaik-baiknya. Amien.

Dan lalu ketika  sudah bersepuluh, maka terpilihlah seorang ketua yang keren-menurutku. Hi hi. Jangan protes ya! Definisi keren menurut setiap orang berbeda. Dan menurutku dia seorang yang asyik. Namanya Cepi Fauzan Falah. Dari MPI. Sesosok manusia yang lucu, tidak sombong, ingin menjadi seseorang yang menerima perbedaan, dan ada-ada aja. Dan satu yang penting, dia sama suka dengan satu sosok yang juga aku sukai. Surayah. Pidi Baiq. Karena sebab akan sesuatu, dia sering dipanggil ‘Pipi’. Sehingga pada akhirnya aku panggil dia ‘Pipithok”. Entahlah enak aja begitu.

Dan masih dari MPI. Awalnya aku tidak ngeh kalau dia sudah ada di yutub. Dia seorang mursyid dari Dzakira Nasyid. Dia adalah Deden Rizwan Rifaldi. Sosok yang gencar-gencar mengislamisasi kelompok kita.dengan lagu-lagu nasyidnya. Dengan kata-katanya. Dengan panggilan-panggilannya. Dan dengan keanehannya yang kadang-kadang. Dan pada akhirnya, pada masa perakhiran hampir dari kita suka nasyid. He he. Oh untuk si dia ini, aku panggil dengan sering Akang, ada juga yang panggil Aa. Karena kadang dia juga yang suka nge-aa-in.

Lalu dari MPI masih ada satu lagi yang cantik, putih, dan pendiam. Euis Kokom. Aku dan sebagian yang lain sering memanggilnya ‘teteh’. Entahlah ada aura lain darinya sehingga enak manggil teteh saja. Namun seiring waktu yang tak pernah berhenti, kami sering memanggil namanya langsung. Euis. Kokom. Ceu Kokom. Ah banyak. Si cantik ini sungguh pendiam namun pemberani. Sehingga kita sering mengajak dia mengantar ke kamar mandi. Dan beriringan dengan waktu. Dia yang paling pendiam akhirnya sedikit berubah, dan terkontaminasi oleh yang lain. Sosok dia ketika sebelum pulang itu sudah agak sedikit terdengar suaranya dan sedikit menjadi penakut. Ha ha. Ah Teh Euis, terimakasih untuk waktu-waktu itu.

Move on dari peserta MPI, ayo beralih pada yang PBI. Pend. Bahasa Inggris.ada tiga human dari mereka.

Pertama, Annisa Azzahra. Sosok yang ingin dipanggil ‘Nice’(dibaca Niceu) tapi banyak yang sengaja terpeleset jadi ‘Nais’(cara baca dalam English). Sosok yang seperti anak-anak, anak yang cendrung kelelaki-lakian. Padahal dia adalah makhluk tua, jika petugas sensus mendata berdasarkan kelahiran. Dia adalah yang entah mengapa aku memiliki ketertarikan akan rasa cocok yang paling besar. Aku terbuka. Aku nyaman. Aku terkadang seperti kakaknya. Tapi dia sosok kakak dan saudara yang enak diajak bicara. Aku sering panggil dia ‘Cece’ (dalam bahasa sunda dibaca Ceuceu yang berarti Kakak), tapi ketika main-main aku panggil dia ‘cecethok’. Cecetok itu nama topi yang terbuat dari kerajinan bambu kalo di Sunda. He he.

Kedua. Annisa Maisaroh. Sosok yang lebih suka mencuci piring daripada memasak. Entah kenapa. Orang yang bilang ‘syok’ banget ketika baru kenal dengan aku. Ha ha. Dia adalah orang yang sering mendiami kamar, yang sedikit ‘pedhofilia’ ha ha. Ya, dia sering dan memang dipanggil Mae. Maesaroh. Maemaneh. Hi hi. Orang yang rada serius. Namun pada akhirnya kita memang sama-sama tertawa. Dan aku satu grup piket dengannya. Di hari senin. Oh masih ingatkah engkau?

Ketiga. Si Fiver Minuter. Anis Nurwendari. Dia suka photo dengan rambut nutupin wajah. Nyaingin si neneng itu mungkin. Neneng kukun. He he. Dia aku kira dulu, jutek. Barengan mulu sama Mae. Mendiami kamar. Namun itu dulu, sebelum kenal. Sebelum sayang. Dia sering dipanggil Anis. Udah gitu aja. Jika sedang berkumpul mungkin aku sering panggil Anis Nurwenda ex-Ceribel. Ha ha. Setelah waktu lama berjalan tugas dia dalam keluarga adalah memasak nasi. Iya hampir setiap hari oleh dia. Kenapa? Karena alat masak nasinya punya dia. Jadi sekalian biar dia bisa elapin. Mungkin. He he.

Ah. Telah sampai pada orang-orang sejurusanku. Satu perguruan ha ha. Mereka bertiga, dan menjadi empat dengan aku.

Asri Fadillah Q. si jago selfi. He he. Dia baik, tapi aku sering bertentangan dengan dia. Aku suka komenin dia. Hampir dalam segala hal. Dan dia terima dengan baik, walau kadang marah juga. Ha ha. Marahnya gak lama-lama kalau dia. Karena itu aku suka. Manusia baper. Ha ha. Maunya dipanggil Aciw. Kami kadang panggil juga ‘mimi’ dan dengan senyum dia mau. Manusia yang paling dekat dengan gadged. Dan semoga lebih dekat lagi dengan Gusti Allah ya. Dan Aciw cantik, maafin aku atas yang dulu. Mengertilah diriku begitu karena sayang.

Betty Mulyani. Orang paling sibuk dan dewasa di rumah. Yang kalau capek, dia lebih cendrung nangis. Tapi aku gak pernah ngerti cara nenanginnya. Yang sama kaya Anis, suaranya kerenlah. Bisa masuk sana sini. Sering dipanggil Bebet. Betty. Ceu Eti. Kadang susah ditebak. Tapi baik. Ah taukah engkau, ketika kau pulang dan menangis ingin aku bertanya, ‘kenapa’ dan menenagkanmu. Tapi caraku menenagkanmu, adalah dengan tidak bertanya agar tidak teringat-ingat sampai dirimu siap bercerita.

Bella Melindayani. Suaranya kek toa. Gede dan mengorek telinga. Padahal bagus. Sosok yang perhatian walau dengan juteknya. Sering gila-gilaan sama dia. Si tukang nari dan joget. Suka ngubah nada lagu, dan pede, ha ha. Lagu waktu itu oleh-oleh, he he. Dia sering dipanggil Elle, Belle, Ella. Pernah jatuh di Cimincrang, dengan dia yang sedikit luka-luka. He he . ingatkah kau? Itu sungguh aneh, dengan ekspresi kamunya.

Oh kawan. Ketika kalian sedang membaca ini. Baik sekarang atau nanti. Atau bahkan tak pernah membacanya. Ini bukan menjelekkan. Ini hanya aku yang rindu. Dan ini caraku. Percayalah aku bukan orang sempurna, karena untuk ini saja aku lama berpikir-pikir. Lupa. Ha ha. Tapi walau lupa, masa-masa itu masih terasa. Dan aku disini menulis dengan rasa rindu, pusing, dan sedang tersenyum. Tak semua yang dapat diugkapkan. Biarlah kalian meneruskan dengan ingatan masing-masing. Mungkin nanti, ada saatnya aku menyambung kembali. Dengan rindu yang semakin tebal. Dadah dan mmmmuuaach.

‘Perpisahan itu tidak menyakitkan. Yang menyakitkan adalah setelah berpisah kita saling lupa. Kita saling benci’-PidiBaiq *redaksinya disingkat.


Diketik di Notebook dengan bantuan jari yang tidak bergerak semua. di Bandung, di 23 Nopember dan 2015.


Ini ketika KKMT akan segera berakhir, minus one. cari aja! yang gak ada waktu itu lagi pulang.
ini hari pertama akan mulai PPL, minus one. dianya di depan kita semua. dan tersenyum.

Kamis, 19 November 2015

Dalam Kenangan.

Penyesalan..

Tanggal 18 di tiga bulan yang sudah berlalu, aku tidak sedikit pun menyangka akan kehilanganmu, Pak.

Memang kebanyakan manusia akan sadar dengan nalurinya setelah semua terjadi. Karena sesudah itu baru sadar dan menyambung-nyambungkannya. Begitu juga aku, Pak.

Jika itu pertemuan terakhirku denganmu, aku akan kembali pulang denganmu. Menggenggam tanganmu sampai aku puas.

Jika tahu itu percakapan terakhirku denganmu, aku akan serius mendengarkan. Tapi aku senang, setidaknya kau tertawa walau ada perasaan khawatir.

Jika perasaan ingin pulang itu aku ikuti, mungkin aku akan masih melihatmu. Tapi egoisnya aku mengabaikan itu. Mengabaikan rindu-rindu yang engkau katakan dengan isyarat ‘Kapan pulang?’, ‘masih lama tidak?’. Malah aku bertekad ada di tempat itu sampai beres tanpa pulang. Aku menyesal, Pak!

Hari sebelum engkau menghadap-Nya, Tuhan telah memberiku kebahagian. Aku bahagia, bahkan terlalu. Tapi, bahagia itu tak sanggup menjadi anastesi atas kesedihan untuk kehilanganmu.

Hingga hari itu tiba. Aku mengabaikan panggilan masuk dari semuanya. Kukira kau hanya sakit seperti dulu. Dan tak lama akan sehat lagi. Dengan tenang aku tak mempercayainya. Tapi demi apapun, khawatir itu ada. Rasa takut kehilanganmu ada. Tapi aku hanya berdo’a ‘Tuhan, Kau tahu apa yang terbaik. Sehatkan kembali dia. Kuatkan kembali dia. Seperti dulu’.

Sepanjang jalan aku hanya berdo’a. berbaik-baik sangka terhadap apa yang terjadi.’bukankah prasangka Allah akan sama dengan prasangka hamba-Nya?’. Dan aku terus yakini itu. Pura-pura tak ada apa-apa. Tapi setiap jalan yang kulewati semua mengingatkan tentangmu. Bagimana ini, Pak? Aku berteriak pun percuma.

Hingga ketika sampai depan rumah. Kulewati masjid itu. Terdapat banyak orang. Aku tak sedkit pun mencurigainya. Tidak, Pak!

Di depan rumah, kala itu aku berada. Semua makin banyak. Semua memegangku. Tapi aku tak tahu ini ada apa. Hanya takut, untuk berpikiran buruk. Tapi mengapa semua yang berada di dalam rumah menangis, dan mereka bilang ‘yang sabar ya, Bapak udah tidak ada.’, dan lalu akunya hanya diam. Tidak tahu harus bagaimana. Mencari dirimu, tapi tak ada. Yang ada hanya sisa-sisa bau kapur barus, sialan itu.

Jasadmu telah berada di masjid. Aku hanya ingin melihatmu. Semua berkata ‘hati-hati jangan terkena air mata!’. Kutahan desakan itu. Ketika ada yang membuka kain kafan itu, wajahmu pun terlihat. Putih. Bersih. Tetap sama. Namun yang berbeda, kala itu kau sudah tak bernafas.

Aku menyesal, benar-benar menyesal. Karena aku jarang memerhatikan wajahmu. Karena aku terkadang lupa, bahwa kau takkan selamanya ada. Di sini, bersamaku. Di sini sampai nanti, kau mendampingiku.

Aku menyesal. Ketika mereka bilang sebelum kau pergi, kau panggil-panggil aku. Kau bilang kau sakit. Sedang aku tidak ada. Sedang tidak di dekatmu.

Terimakasih. Hanya itu yang dapat kuucapkan. Terimakasih untuk segalanya. Terimakasih untuk segala waktunya. Terimakasih untuk segala pengorbanannya. Untuk segala pengetahuan yang kau berikan. Lebih-lebih dari itu. Terimaksih entah untuk yang terkadang aku sepelekan. Maaf atas segalanya.

Bapak. Semoga dalam masa menunggumu, kau ditempatkan pada tempat yang terbaik. Diampuni segala kealfaan. Sampai jumpa di periode-periode lain. Semoga kita  bertemu nanti. Semoga Allah meridoi itu. Amien.

Salam rindu, dari aku. Anakmu.
Ditulis di Bandung, 19 Nopember tahunnya 2015 sambil mengenang.


“dan penyesalan adalah bukti dari tingkat tertinggi atas keegoisan”-PidiBaiq


“bukan berarti aku tak meningatmu. Sedangkan aku merasa kau masih selalu ada”-AtiahZR

Jumat, 13 November 2015

DALAM KENANGAN

Ini mungkin pindahan dari blog yang dulu. Tapi tak apa. selagi untuk mengenangmu..

Jika ditanya seberapa absurd dan seberapa tidak sopannya aku di dalam keluarga aku akan menjawab "TIDAK !". Ya, tidak. Tidak sedikit dan tidak pernah terlewatkan. Apalagi jika membicarakan antara Bapak dan aku.

Aku sama bapak memang jarang akur. Tapi, bisa dikatakan sangat dekat. Bukan karena asumsi anak perempuan akan dekat sama bapaknya. Tetapi memang kenyataanya seperti itu. Bapak itu orangnya tinggi besar, berkumis dan manis. Mungkin itu termasuk ganteng kalau kata mama. Walau pun begitu, beliau type orang cengeng. Gampang nangis. Dikit-dikit nangis, dikit-dikit nangis, lama-lama jadi bukit.

Semua orang hampir tahu cerita aku dan bapak. Sejak kecil aku sering digendong sama beliau, bahkan sering ditanggung dimasukkan ke dalam jangki--semacam kerajinan dari bambu, seperti bakul tapi agak besar-- ketika bapak mau jemput mama habis belanja dari pasar. Satu isi aku dan yang lain isi belanjaan. Jika kalian bertanya apa pekerjaan orang tua aku, maka aku akan menjawab "ibu bekerja sebagai pedagang, dan bapak seorang petani" itu dulu. Sekarang bapak tidak bekerja, beliau sakit.

Sampai disitukah? Tidak. Ketika aku masuk TKA, aku juga sering ditanggung pakai jangki jika musim hujan telah tiba dan aku berangkat bersama saudara. seperti biasa, satu buat aku dan yang lain buat sodaraku. Kadang aku tertawa ketika posisiku berada di depan, dan tidak rela ketika berada di belakang. Kami selalu bergerak, tanpa berfikir betapa beratnya kami dan betapa susahnya beliau melangkah. Apabila aku sendiri aku pasti digendong. mengingat jalan galengan yang licin dan becek. waktu itu jalan yang dekat hanya melewati sawah.

Bapak pasti menangis kalau aku lagi sakit, kalau aku kenaikan kelas. Ingat ketika mau wisudaan TKA.
"Pak, ini ada surat!" kataku sambil memberikan surat tersebut. Belaiu pun mengambil dan membacanya. Dan tiba-tiba...
"Alhamdulillah, anak bapak wisuda.." soraknya sambil menggendong aku tinggi. Mungkin bahagia karena pengorbanannya. Waktu itu aku tidak protes hanya ikut menangis dan mencium beliau. 'terima kasih'. Kenapa?? karena aku senang gak TKA lagi, aku SD.. dan itu pun berlanjut ketika kenaikan-kenaikan selanjutnya.

Hari-hari selalu dilewati dengan candaan-candaab kecil. Aku sering ngerjain kerajian bareng sama beliau. Beliau memang ahlinya, penuh dengan taktik dan kreatif. Hampir setiap kerajinan aku suka belajar pada beliau. Bahkan sampai pekerjaan laki-laki pun beliau ajarkan. agar tidak terlalu tergantung sama laki-laki, katanya. Dan aku bersyukur karena aku sekarang merasakan manfaatnya.

Menngenai ketidaksopanan, beliau terlalu sering memakluminya. Beliau sakit, darah tinggi dan kakinya bengkak. Sudah lama dan belum sembuh, mungkin capek waktu dulu. Karena keadaan beliau yang begitu aku sering meledeknya dengan..
"Pak, ayo lomba lari!!" sambil teriak.
"Pak ikut maen bola gih, kasian PERSIB belum menang" kataku kalau sedang nonton bareng. Dan banyak lagi, tetapi beliau hanya tersenyum walaupun kadang jawab.
"mau bantu gimana, larinya juga susah".
"iya ya. Pasti kalau bapak ikutan bakal cepet menang. Menangin kekalahan" hahahha dan kami pun tertawa bersama. Jika tidak begitu saya dengan senang hati meledeknya dengan cara menirukan cara beliau berjalan. Hah, gak banget kan? 'bapak, maaf!'

Masih denngan acara bermain dengan beliau. Pernah aku disuruh buat bawain jojodog --sejenis kursi namun pendek. Waktu itu bapak dan mama mau beresin kangkung buat di jual.
"At--nama panggilan-- bawain jojodog ke depan. Bapak sholat dulu!" katanya lalu tak lama dari itu beliau sholat. Ketika aku ke dapur aku nemu tangga lipat bekas benerin atap kira-kira tingginya 1,5 meter. 'ah, kasih ini aja!' kataku dalam hati. Bapak aku yang sholat di ruang depan dan aku sengaja lewat depan beliau. Aku tertawa sambil bicara "hahahah, ini pak jojodog-nya" aku simpan dan langsung pergi kabur. Walau begitu aku tetep bawa kursi karena memang aku bawa tangga buat dipindahin aja.

Sampai pada suatu hari. Aku main sama beliau. Jangan heran, aku bahkan sering main barbie waktu kecil dan aku sering kepangin rambut beliau. Bapak saya gak marah, hanya diam pasrah. Kali ini kami main Penjahat-penjahatan. Sudah pasti aku yangjadi penjahatnya. Aku bawa pisau. ahahaah.
"Hei, tunggu di sana!" gertakku sok galak. Bapakku cuma diam.
"Pilih Harta atau nyawa?" tanyaku. Lalu kalian mau tahu jawabannya.
"Buat anakku apa saja boleh. Mau harta bahkan sampai nyawa akan diberikan!" jawabnya. Aku langsung malu dan lemas. Namun pura-pura tegar.
"Ah Bapak mah gak rame ah maennya!" sambil meletakkan pisau aku bilang " kita udahan maennya." kataku lalu pergi. Padahal aku malu, aku mau nagis. Dan memang nangis tapi di luar. heheh.. 'terima kasih Bapak !"

Itulah orang tua, tak diminta punmeereka akan memberikan jika ada. Dan aku beruntung bisa hadir diantara mereka. Walau dengan keanehan-keanehan tapi aku ingin mereka tetap tertawa bersamaku. Memperlihatkan tangis sedih dan bahagia kepadaku. Walau pun aku memperlihatkannya dengan cara yang lain.
Tak ada yang dapat ku ungkapkan untuk beliau selain TERIMAKASIH telah bersamaku. MAAF sering mengecewakanmu. AKU SAYANG, BAPAK !!!

"terimakasih"

Zona

Kamu takkan pernah tahu.
Aku mempertaruhkan hampir semua yang aku punyai.
Terserah kata orang tentang apa yang aku lakukan.
Dunia ini sama.
Mereka hanya melihat bahkan kamu juga.
Aku sedang bermain pada zona nyaman yang kubuat sendiri.
Maaf, terkadang sering mengetuk pintu zonamu!
Mengetuk pelan hingga terlalu kencang.
Hingga membuatmu malu dengan tanggapan orang lain.
Yang seakan kau membiarkanku terseret-seret di luar.


Ketika sedang di Rancakole, 08 Agustus 2015

Jawaban Tuhan

Ketika kau abaikanku, harusnya aku tahu itu jawaban Tuhan.
Ketika Kau jauhiku, harusnya aku tahu itu juga jawaban Tuhan.
Jawaban atas do'a yang kau minta.

Dzakira Nasyid

Nasyid. Satu kata yang tentunya sudah terbiasa kita dengar. Walaupun ketika kata ini terdengar yang langsung terbayang mursyid a.k.a penyanyi dan pendengarnya adalah para akhi dan ukhti. Oh, tapi mungkin aku baru muncul di dunia ini. Semua hal itu tidak lagi betul. Bukan lagi para akhi dan ukhti yang menyukai aliran ini, tetapi yang semi pun sudah menyukainya.

Mungkin telah banyak grup-grup nasyid yang sudah terkenal seperti Edcoustic, Hijjaz, dan lain sebagainya. Dan aku di sini, akan membahas satu grup musik nasyid yang sedang merintis karya-karyanya, yaitu Dzakira Nasyid.

Masih ingatkan ungkapan ‘Tak kenal, maka Ta’aruf’? oleh karena itu, aku mau kenalin nih, sama kalian yang baca-baca di sini. Yuk ah!

Pertama. Pasti soal kelahiran ya. Dzakira Nasyid lahir tepatnya setahun yang berlalu, yaitu 05 Mei 2014. Telah banyak yang terjadi pada masa-masa satu tahun tersebut, sehingga anggota yang tersisa hanya tiga orang. Tiga orang tersebut adalah Adria sebagai vocalis, Zaenal sebagai vocalis, dan Deden Rizwan sebagai gitaris.

‘Dzakira’ sendiri artinya mengingat. Bermaksud untuk supaya bisa menjadi salah satu jalan mengingat Allah dengan menikmati karya mereka. Membuat galau anda menjadi bermakna. Dan ternyata bukan hanya itu, mereka memberi nama ‘Dzakira’ juga supaya karya mereka diingat oleh para yang menikmati. Seperti dikutip dari salah satu bagian wawancara via message pada Rabu (11/11) bersama Deden (22), beliau membalas:

“Arti Dzakira banyak, Cuma kita mengambil salah satu dari banyak arti tersebut. Dzakira artinya mengingat, dengan nama Dzakira berberharap karya kami selalu diingat”.

Dalam kurun satu tahun Dzakira telah merealis sebuah mini album. Mini album tersebut terdiri dari tiga lagu yaitu Mutiara Hidup, Senandung Taubat, dan Coba Renungkan. Satu lagu yang hablum minan naas dan dua lagu hablum minallah.

Kedua. Sekarang kita akan bahas dua lagu di atas. Dzakira yang notabene merupakan nasyid yang beraliran POP, pada lagu Mutiara Hidup mereka menunjukkannya. Dengan lagu yang bertema persahabatan, mereka menyampaikan bahwa seorang sahabat adalah saudara kita. Dimana harus saling merasakan dalam suka dan duka. Dan seorang sahabat sejati adalah mutiara dalam hidup kita. Sesuatu yang sangat berharga. Hal ini terdapat dalam penggalan liriknya, sebagai berikut:

karena kita adalah saudara.
Saling merasakan suka dan duka.
Bagaikan mentari, di pagi hari.
Engkau sahabatku mutiara hidupku.’

Selain dari liriknya, lagu ini memang enak untuk didengarkan. Cocok juga sebagi hadiah untuk sahabat terdekatmu.

Lain dari lagu sebelumnya, pada lagu Senandung Taubat mereka ingin menyampaikan bagaimana pengungkapan penyesalan. Ya, setiap diri pasti tak luput dari kesalahan. Baik yang disengajakan ataupun pura-pura tidak tahu. Maka di sini Dzakira mengajak anda untuk ngeh degan kesalahan yang telah diperbuat. Karena kita tak akan selamanya hidup, maka kita harus cepat-cepat meminta ampunan-Nya. Ini kutipan liriknya:

‘Senadung taubat malam ini kusampaikan.
Sebagai ungkapan penyesalan di masa lalu.
S,moga Engkau masih bisa memaafkan kesalahanku.
*Diriku tidak sesuci para nabi.
*Usiaku pun juga tak akan lama lagi.
Kumohon ampunan dari-Mu, Illahi.
Ampuni aku.’

(*mungkin sekarang ada revisi lirik pada bagian ini).
Hampir sama dengan lagu sebelumnya, yaitu Senandung Taubat. Lagu Coba Renungkan mengajak kita untuk merenungkan segala apa yang telah kita lakukan. Merenungkan kegiatan yang kita lakukan dari pagi sampai malam selalu memikirkan dunia, melakukan dosa, dan lupa bahwa kita akan meninggal. Liriknya sangat simple. Ketiga lagu ini diciptakan dan di­aransemen oleh Deden Rizwan.

Bagi kalian yang penasaran dengan lagu-lagunya bisa aja langsung dibuka yutub-nya. Disana selain ada musicvideo untuk lagu Dzakira, ada juga lagu cover-an yang mereka unggah.

Menurut kabar, awal tahun depan mereka akan merilis album kedua. Pada album yang coming soon ini mereka hadir dengan full album. Namun belum diketahui pada album mendatang tema lagu apa saja yang akan mereka suguhkan pada pendengar.

“maaf, untuk album yang belum dilaunching belum bisa dibocorkan!” tutur Deden. Ya. Tidak apa ya? Mari kita tunggu. Semoga Taubat kita buka hanya dalam senandung, atau kita hanya merenung dan tidak melakukan perubahan. Sukses selalu untuk Dzakira Nasyid! ^^b


Minggu, 08 November 2015

Hi...

Ini akun yang ke-seberapa kalinya saya mendaftarkan diri.
Setelah beberapa kali lupa dengan password.
Dan ini percobaan.
Dan lalu kenapa saya bisa membuka?
Ah kan masih baru. Masih hangat. Masih ingat.
Udah ya..


Salam bagi yang kenal.
Bagi yang tidak, ayo kita kenalan.
Biar saling sayang, saling cinta.