Introducing..
Hai keluargaku yang kini terpisah-pisah. Semoga hanya
tempat saja yang mampu memisahkan, yang lainnya jangan. Ukhuwah kita harus tetap terjaga. Minimal antara jurusan (MPI, B.
Inggris, dan Pend. Fisika), lalu antar Posko kita. Posko 54, dst. Amien.
Semoga tidak ada benci dan rasa tidak nyaman lagi
antar satu sama lain. Walau kita hanya bertemu sebentar, itu tak mengapa. Karena
sebentar itu sangat berharga untuk membayar rindu. Hanya saling memperthatikan
dan tak bertegur sapa juga, sedikitlah mengobati.
Ah kukira, hal-hal tersebut tak akan membuatku
berkesan. Namun ketika mulai dijalani, aku terasa menikmati peran-peran itu. Kuharap kalian
juga iya. Apalagi setelah setelah hampir dua bulan berlalu, masa-masa itu
seakan membuatku masih berasa. Di sini. Dalam hatiku. Dalam ingatanku,
menggelitik rasa yang lain. Rindu.
Pada kejadian awal-awal, keluarga kita sudah ditimpa
musibah. Dengan tiadanya salah satu dari kita yang harusnya kesebelasan berubah
menjadi bersepuluh. Iya teman, dia Dede Iwang, yang sekarang sudah Almarhum. Aku
tak sempat kenal dekat dengannya. Hanya kenal biasa. Dia-Alm. yang nyentrik,
yang galau ketika dipilih menjadi ketua kita. Cuma senyum aja. Jujur dulu aku
emosi juga. Hi hi. Afwan. Tapi gak
sampai dihatiin. Semoga dia ditempatkan pada tempat yang sebaik-baiknya. Amien.
Dan lalu ketika sudah bersepuluh, maka
terpilihlah seorang ketua yang keren-menurutku. Hi hi. Jangan protes ya! Definisi
keren menurut setiap orang berbeda. Dan menurutku dia seorang yang asyik. Namanya
Cepi Fauzan Falah. Dari MPI. Sesosok manusia yang lucu, tidak sombong, ingin
menjadi seseorang yang menerima perbedaan, dan ada-ada aja. Dan satu yang
penting, dia sama suka dengan satu sosok yang juga aku sukai. Surayah. Pidi Baiq.
Karena sebab akan sesuatu, dia sering dipanggil ‘Pipi’. Sehingga pada akhirnya
aku panggil dia ‘Pipithok”. Entahlah enak aja begitu.
Dan masih dari MPI. Awalnya aku tidak ngeh kalau dia sudah ada di yutub. Dia seorang mursyid dari Dzakira
Nasyid. Dia adalah Deden Rizwan Rifaldi. Sosok yang gencar-gencar mengislamisasi kelompok kita.dengan
lagu-lagu nasyidnya. Dengan kata-katanya. Dengan panggilan-panggilannya. Dan dengan keanehannya yang
kadang-kadang. Dan pada akhirnya, pada masa perakhiran hampir dari kita suka
nasyid. He he. Oh untuk si dia ini, aku panggil dengan sering Akang, ada juga
yang panggil Aa. Karena kadang dia juga yang suka nge-aa-in.
Lalu dari MPI masih ada satu lagi yang cantik, putih,
dan pendiam. Euis Kokom. Aku dan sebagian yang lain sering memanggilnya ‘teteh’.
Entahlah ada aura lain darinya sehingga enak manggil teteh saja. Namun seiring
waktu yang tak pernah berhenti, kami sering memanggil namanya langsung. Euis. Kokom.
Ceu Kokom. Ah banyak. Si cantik ini sungguh pendiam namun pemberani. Sehingga kita
sering mengajak dia mengantar ke kamar mandi. Dan beriringan dengan waktu. Dia yang
paling pendiam akhirnya sedikit berubah, dan terkontaminasi oleh yang lain. Sosok
dia ketika sebelum pulang itu sudah agak sedikit terdengar suaranya dan sedikit
menjadi penakut. Ha ha. Ah Teh Euis, terimakasih untuk waktu-waktu itu.
Move
on dari peserta
MPI, ayo beralih pada yang PBI. Pend. Bahasa Inggris.ada tiga human dari mereka.
Pertama, Annisa Azzahra. Sosok yang ingin dipanggil ‘Nice’(dibaca
Niceu) tapi banyak yang sengaja terpeleset jadi ‘Nais’(cara baca dalam English). Sosok yang seperti anak-anak,
anak yang cendrung kelelaki-lakian. Padahal dia adalah makhluk tua, jika
petugas sensus mendata berdasarkan kelahiran. Dia adalah yang entah mengapa aku
memiliki ketertarikan akan rasa cocok yang paling besar. Aku terbuka. Aku nyaman.
Aku terkadang seperti kakaknya. Tapi dia sosok kakak dan saudara yang enak
diajak bicara. Aku sering panggil dia ‘Cece’ (dalam bahasa sunda dibaca Ceuceu
yang berarti Kakak), tapi ketika main-main aku panggil dia ‘cecethok’. Cecetok
itu nama topi yang terbuat dari kerajinan bambu kalo di Sunda. He he.
Kedua. Annisa Maisaroh. Sosok yang lebih suka mencuci
piring daripada memasak. Entah kenapa. Orang yang bilang ‘syok’ banget ketika baru kenal dengan aku. Ha ha. Dia adalah orang
yang sering mendiami kamar, yang sedikit ‘pedhofilia’
ha ha. Ya, dia sering dan memang dipanggil Mae. Maesaroh. Maemaneh. Hi hi. Orang
yang rada serius. Namun pada akhirnya kita memang sama-sama tertawa. Dan aku
satu grup piket dengannya. Di hari senin. Oh masih ingatkah engkau?
Ketiga. Si Fiver Minuter. Anis Nurwendari. Dia suka
photo dengan rambut nutupin wajah. Nyaingin si neneng itu mungkin. Neneng kukun.
He he. Dia aku kira dulu, jutek. Barengan mulu sama Mae. Mendiami kamar. Namun itu
dulu, sebelum kenal. Sebelum sayang. Dia sering dipanggil Anis. Udah gitu aja. Jika
sedang berkumpul mungkin aku sering panggil Anis Nurwenda ex-Ceribel. Ha ha. Setelah waktu lama berjalan tugas dia dalam
keluarga adalah memasak nasi. Iya hampir setiap hari oleh dia. Kenapa? Karena alat
masak nasinya punya dia. Jadi sekalian biar dia bisa elapin. Mungkin. He he.
Ah. Telah sampai pada orang-orang sejurusanku. Satu perguruan
ha ha. Mereka bertiga, dan menjadi empat dengan aku.
Asri Fadillah Q. si jago selfi. He he. Dia baik, tapi
aku sering bertentangan dengan dia. Aku suka komenin dia. Hampir dalam segala
hal. Dan dia terima dengan baik, walau kadang marah juga. Ha ha. Marahnya gak
lama-lama kalau dia. Karena itu aku suka. Manusia baper. Ha ha. Maunya
dipanggil Aciw. Kami kadang panggil juga ‘mimi’ dan dengan senyum dia mau. Manusia
yang paling dekat dengan gadged. Dan semoga
lebih dekat lagi dengan Gusti Allah ya. Dan Aciw cantik, maafin aku atas yang
dulu. Mengertilah diriku begitu karena sayang.
Betty Mulyani. Orang paling sibuk dan dewasa di rumah.
Yang kalau capek, dia lebih cendrung nangis. Tapi aku gak pernah ngerti cara
nenanginnya. Yang sama kaya Anis, suaranya kerenlah. Bisa masuk sana sini. Sering
dipanggil Bebet. Betty. Ceu Eti. Kadang susah ditebak. Tapi baik. Ah taukah
engkau, ketika kau pulang dan menangis ingin aku bertanya, ‘kenapa’ dan
menenagkanmu. Tapi caraku menenagkanmu, adalah dengan tidak bertanya agar tidak
teringat-ingat sampai dirimu siap bercerita.
Bella Melindayani. Suaranya kek toa. Gede dan mengorek
telinga. Padahal bagus. Sosok yang perhatian walau dengan juteknya. Sering gila-gilaan
sama dia. Si tukang nari dan joget. Suka ngubah nada lagu, dan pede, ha ha. Lagu
waktu itu oleh-oleh, he he. Dia sering dipanggil Elle, Belle, Ella. Pernah jatuh
di Cimincrang, dengan dia yang sedikit luka-luka. He he . ingatkah kau? Itu sungguh
aneh, dengan ekspresi kamunya.
Oh kawan. Ketika kalian sedang membaca ini. Baik sekarang
atau nanti. Atau bahkan tak pernah membacanya. Ini bukan menjelekkan. Ini hanya
aku yang rindu. Dan ini caraku. Percayalah aku bukan orang sempurna, karena
untuk ini saja aku lama berpikir-pikir. Lupa. Ha ha. Tapi walau lupa, masa-masa
itu masih terasa. Dan aku disini menulis dengan rasa rindu, pusing, dan sedang
tersenyum. Tak semua yang dapat diugkapkan. Biarlah kalian meneruskan dengan
ingatan masing-masing. Mungkin nanti, ada saatnya aku menyambung kembali. Dengan
rindu yang semakin tebal. Dadah dan mmmmuuaach.
‘Perpisahan itu tidak menyakitkan. Yang menyakitkan
adalah setelah berpisah kita saling lupa. Kita saling benci’-PidiBaiq
*redaksinya disingkat.
Diketik di Notebook dengan bantuan jari yang tidak bergerak semua. di Bandung, di 23 Nopember dan 2015.
Ini ketika KKMT akan segera berakhir, minus one. cari aja! yang gak ada waktu itu lagi pulang. |
ini hari pertama akan mulai PPL, minus one. dianya di depan kita semua. dan tersenyum. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar