Senin, 23 November 2015

Poskoku no 54

Introducing..

Hai keluargaku yang kini terpisah-pisah. Semoga hanya tempat saja yang mampu memisahkan, yang lainnya jangan. Ukhuwah kita harus tetap terjaga. Minimal antara jurusan (MPI, B. Inggris, dan Pend. Fisika), lalu antar Posko kita. Posko 54, dst. Amien.

Semoga tidak ada benci dan rasa tidak nyaman lagi antar satu sama lain. Walau kita hanya bertemu sebentar, itu tak mengapa. Karena sebentar itu sangat berharga untuk membayar rindu. Hanya saling memperthatikan dan tak bertegur sapa juga, sedikitlah mengobati.

Ah kukira, hal-hal tersebut tak akan membuatku berkesan. Namun ketika mulai dijalani, aku terasa menikmati peran-peran itu. Kuharap kalian juga iya. Apalagi setelah setelah hampir dua bulan berlalu, masa-masa itu seakan membuatku masih berasa. Di sini. Dalam hatiku. Dalam ingatanku, menggelitik rasa yang lain. Rindu.

Pada kejadian awal-awal, keluarga kita sudah ditimpa musibah. Dengan tiadanya salah satu dari kita yang harusnya kesebelasan berubah menjadi bersepuluh. Iya teman, dia Dede Iwang, yang sekarang sudah Almarhum. Aku tak sempat kenal dekat dengannya. Hanya kenal biasa. Dia-Alm. yang nyentrik, yang galau ketika dipilih menjadi ketua kita. Cuma senyum aja. Jujur dulu aku emosi juga. Hi hi. Afwan. Tapi gak sampai dihatiin. Semoga dia ditempatkan pada tempat yang sebaik-baiknya. Amien.

Dan lalu ketika  sudah bersepuluh, maka terpilihlah seorang ketua yang keren-menurutku. Hi hi. Jangan protes ya! Definisi keren menurut setiap orang berbeda. Dan menurutku dia seorang yang asyik. Namanya Cepi Fauzan Falah. Dari MPI. Sesosok manusia yang lucu, tidak sombong, ingin menjadi seseorang yang menerima perbedaan, dan ada-ada aja. Dan satu yang penting, dia sama suka dengan satu sosok yang juga aku sukai. Surayah. Pidi Baiq. Karena sebab akan sesuatu, dia sering dipanggil ‘Pipi’. Sehingga pada akhirnya aku panggil dia ‘Pipithok”. Entahlah enak aja begitu.

Dan masih dari MPI. Awalnya aku tidak ngeh kalau dia sudah ada di yutub. Dia seorang mursyid dari Dzakira Nasyid. Dia adalah Deden Rizwan Rifaldi. Sosok yang gencar-gencar mengislamisasi kelompok kita.dengan lagu-lagu nasyidnya. Dengan kata-katanya. Dengan panggilan-panggilannya. Dan dengan keanehannya yang kadang-kadang. Dan pada akhirnya, pada masa perakhiran hampir dari kita suka nasyid. He he. Oh untuk si dia ini, aku panggil dengan sering Akang, ada juga yang panggil Aa. Karena kadang dia juga yang suka nge-aa-in.

Lalu dari MPI masih ada satu lagi yang cantik, putih, dan pendiam. Euis Kokom. Aku dan sebagian yang lain sering memanggilnya ‘teteh’. Entahlah ada aura lain darinya sehingga enak manggil teteh saja. Namun seiring waktu yang tak pernah berhenti, kami sering memanggil namanya langsung. Euis. Kokom. Ceu Kokom. Ah banyak. Si cantik ini sungguh pendiam namun pemberani. Sehingga kita sering mengajak dia mengantar ke kamar mandi. Dan beriringan dengan waktu. Dia yang paling pendiam akhirnya sedikit berubah, dan terkontaminasi oleh yang lain. Sosok dia ketika sebelum pulang itu sudah agak sedikit terdengar suaranya dan sedikit menjadi penakut. Ha ha. Ah Teh Euis, terimakasih untuk waktu-waktu itu.

Move on dari peserta MPI, ayo beralih pada yang PBI. Pend. Bahasa Inggris.ada tiga human dari mereka.

Pertama, Annisa Azzahra. Sosok yang ingin dipanggil ‘Nice’(dibaca Niceu) tapi banyak yang sengaja terpeleset jadi ‘Nais’(cara baca dalam English). Sosok yang seperti anak-anak, anak yang cendrung kelelaki-lakian. Padahal dia adalah makhluk tua, jika petugas sensus mendata berdasarkan kelahiran. Dia adalah yang entah mengapa aku memiliki ketertarikan akan rasa cocok yang paling besar. Aku terbuka. Aku nyaman. Aku terkadang seperti kakaknya. Tapi dia sosok kakak dan saudara yang enak diajak bicara. Aku sering panggil dia ‘Cece’ (dalam bahasa sunda dibaca Ceuceu yang berarti Kakak), tapi ketika main-main aku panggil dia ‘cecethok’. Cecetok itu nama topi yang terbuat dari kerajinan bambu kalo di Sunda. He he.

Kedua. Annisa Maisaroh. Sosok yang lebih suka mencuci piring daripada memasak. Entah kenapa. Orang yang bilang ‘syok’ banget ketika baru kenal dengan aku. Ha ha. Dia adalah orang yang sering mendiami kamar, yang sedikit ‘pedhofilia’ ha ha. Ya, dia sering dan memang dipanggil Mae. Maesaroh. Maemaneh. Hi hi. Orang yang rada serius. Namun pada akhirnya kita memang sama-sama tertawa. Dan aku satu grup piket dengannya. Di hari senin. Oh masih ingatkah engkau?

Ketiga. Si Fiver Minuter. Anis Nurwendari. Dia suka photo dengan rambut nutupin wajah. Nyaingin si neneng itu mungkin. Neneng kukun. He he. Dia aku kira dulu, jutek. Barengan mulu sama Mae. Mendiami kamar. Namun itu dulu, sebelum kenal. Sebelum sayang. Dia sering dipanggil Anis. Udah gitu aja. Jika sedang berkumpul mungkin aku sering panggil Anis Nurwenda ex-Ceribel. Ha ha. Setelah waktu lama berjalan tugas dia dalam keluarga adalah memasak nasi. Iya hampir setiap hari oleh dia. Kenapa? Karena alat masak nasinya punya dia. Jadi sekalian biar dia bisa elapin. Mungkin. He he.

Ah. Telah sampai pada orang-orang sejurusanku. Satu perguruan ha ha. Mereka bertiga, dan menjadi empat dengan aku.

Asri Fadillah Q. si jago selfi. He he. Dia baik, tapi aku sering bertentangan dengan dia. Aku suka komenin dia. Hampir dalam segala hal. Dan dia terima dengan baik, walau kadang marah juga. Ha ha. Marahnya gak lama-lama kalau dia. Karena itu aku suka. Manusia baper. Ha ha. Maunya dipanggil Aciw. Kami kadang panggil juga ‘mimi’ dan dengan senyum dia mau. Manusia yang paling dekat dengan gadged. Dan semoga lebih dekat lagi dengan Gusti Allah ya. Dan Aciw cantik, maafin aku atas yang dulu. Mengertilah diriku begitu karena sayang.

Betty Mulyani. Orang paling sibuk dan dewasa di rumah. Yang kalau capek, dia lebih cendrung nangis. Tapi aku gak pernah ngerti cara nenanginnya. Yang sama kaya Anis, suaranya kerenlah. Bisa masuk sana sini. Sering dipanggil Bebet. Betty. Ceu Eti. Kadang susah ditebak. Tapi baik. Ah taukah engkau, ketika kau pulang dan menangis ingin aku bertanya, ‘kenapa’ dan menenagkanmu. Tapi caraku menenagkanmu, adalah dengan tidak bertanya agar tidak teringat-ingat sampai dirimu siap bercerita.

Bella Melindayani. Suaranya kek toa. Gede dan mengorek telinga. Padahal bagus. Sosok yang perhatian walau dengan juteknya. Sering gila-gilaan sama dia. Si tukang nari dan joget. Suka ngubah nada lagu, dan pede, ha ha. Lagu waktu itu oleh-oleh, he he. Dia sering dipanggil Elle, Belle, Ella. Pernah jatuh di Cimincrang, dengan dia yang sedikit luka-luka. He he . ingatkah kau? Itu sungguh aneh, dengan ekspresi kamunya.

Oh kawan. Ketika kalian sedang membaca ini. Baik sekarang atau nanti. Atau bahkan tak pernah membacanya. Ini bukan menjelekkan. Ini hanya aku yang rindu. Dan ini caraku. Percayalah aku bukan orang sempurna, karena untuk ini saja aku lama berpikir-pikir. Lupa. Ha ha. Tapi walau lupa, masa-masa itu masih terasa. Dan aku disini menulis dengan rasa rindu, pusing, dan sedang tersenyum. Tak semua yang dapat diugkapkan. Biarlah kalian meneruskan dengan ingatan masing-masing. Mungkin nanti, ada saatnya aku menyambung kembali. Dengan rindu yang semakin tebal. Dadah dan mmmmuuaach.

‘Perpisahan itu tidak menyakitkan. Yang menyakitkan adalah setelah berpisah kita saling lupa. Kita saling benci’-PidiBaiq *redaksinya disingkat.


Diketik di Notebook dengan bantuan jari yang tidak bergerak semua. di Bandung, di 23 Nopember dan 2015.


Ini ketika KKMT akan segera berakhir, minus one. cari aja! yang gak ada waktu itu lagi pulang.
ini hari pertama akan mulai PPL, minus one. dianya di depan kita semua. dan tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar